BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut
Nasikun (1995), kondisi kemiskinan yang sesungguhnya harus dipahami mengenai
kemiskinan : “Kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset, multidimensional,
dan terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan
sandang, pangan, dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti
akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang
sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
hidup yang paling dasar tersebut, antara lain: informasi, ilmu pengetahuan,
teknologi dan kapital. Negara Indonesia dikenal sebagai Negara agraris, atau
yang biasa dikenal sebagai Negara yang sebagian besar penduduknya bergerak
dalam bidang pertanian. Dalam Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan pemerintah
Indonesia agar memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa. Namun
dalam kenyataannya pemerintah tidak mempunyai kepekaan yang serius terhadap
kaum miskin.
Kemiskinan
merupakan problematika kemanusiaan yang mendunia dan hingga kini masih menjadi
isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan
aktual, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami
oleh negara-negara berkembang melainkan juga negara maju seperti Inggris dan
Amerika Serikat.
Jika kita
lihat dari dampak yang ditimbulkan oleh korupsi ini, hampir semua
lapisan masyarakat merasakannya. Bagi kalangan pengusaha korupsi menyebabkan
persaingan yang tidak kompetitif antar pengusaha karena semua proses harus
melalui uang pelicin dan memerlukan waktu yang lama. Bagi masyarakat
bawah korupsi justru menimbulkan biaya hidup yang lebih tinggi, harga-harga
menjadi mahal akhirnya mencul banyak pengemis seperti yang kita bahas di
depan. Pengangguran, pemerasan, hingga pembunuhan yang sumber
utamanya adalah uang, hanya dengan satu alasan untuk hidup dan
munculnya Undang-Undang Korupsi dan Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi bisa dijalankan dengan baik. Namun pada kenyataannya kinerja KPK ini
belum memuaskan hati publik, karena banyak kasus korupsi yang
penanganannya belum tuntas. Diantaranya kasus korupsi pajak dan kasus yang
dialami dari beberapa anggota Partai Demokrat belakangan ini .
Pada hal ini
penyusun mencoba memaparkan kemiskinan di Negara Indonesia . Kemiskinan
merupakan hal yang kompleks kerana menyangkut
berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama
dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.
Kemiskinan
merupakan masalah multidimensi dan lintas sektor yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan
kondisi lingkungan.
Bila kita
melihat sebenarnya kesejahteraan itu milik pemerintah, atau para pegawai negeri.
Dan orang –orang yang bergerak dalam organisasi pemerintah tingkat atas. Dan
sebagian besar juga bagi para pengusaha –pengusaha yang ruang lingkupnya besar.
Golongan orang-orang kelas atas inilah yang akan selalu menjadi penguasa, dan
monopoli terhadap golongan kelas menengah ke bawah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi kemiskinan ?
2. Bagaimana kesenjangan pendapatan di Indonesia ?
3. Apa saja indikator-indikator kemiskinan ?
4. Apa faktor-faktor
yang menyebabkan kemiskinan ?
5. Bagaimana dampak dan cara untuk
menangani kemiskinan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dibuat makalah yang
membahas tentang kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia ini adalah
sebagai berikut :
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat
Indonesia yang mampu dalam hal materi agar ikut berperan serta untuk
mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia.
2. Memberikan informasi kepada
masyarkat Indonesia untuk menghadapi kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan yang merupakan tantangan global dunia ketiga.
3. Untuk mengetahui sejauh mana upaya
yang dilakukan Pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.
4. Pembaca/mahasiswa dapat memahami
faktor-faktor dan penyebab kemiskinan.
5. Untuk mengetahui dampak dan cara
untuk menangani kemiskinan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu
pemenuhan tugas terstruktur dari mata kuliah” Perekonomian Indonesia”. Serta
mampu menjadi sumber informasi bagi masyarakat.
2. Bagi pihak lain
Makalah ini diharapakan dapat menambah referensi
pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan
dan kesenjangan pendapatan di Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup
Makalah mengambil sampel ruang lingkup berupa
masyarakat Indonesia secara menyeluruh.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah
global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,
sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang
lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan juga
dapat dibedakan menjadi tiga pengertian, yaitu :
1.
Kemiskinan
relative : Seseorang
yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan
namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
2. Kemiskinan cultural : Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap
seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
3. Kemiskinan absolut : Sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar. Mereka hidup dibawah tingkat
pendapatan minimum atau dibawah garis kemiskinan internasional. Menurut Ginanjar (1997), kemiskinan
absolut adalah Kondisi kemiskinan yang terburuk yang diukur dari tingkat
kemampuan keluarga untuk membiayai kebutuhan yang paling minimal untuk dapat
hidup sesuai dengan martabat hidup sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
Definisi kemiskinan dilihat dari beberapa segi :
1. Dilihat dari standar kebutuhan hidup
yang layak / pemenuhan kebutuhan pokok.
Golongan ini mengatakan bahwa kemiskinan itu adalah
tidak terpenuhnya kebutuhan-kebutuhan pokok/dasar yang disebabkan karena adanya
kekurangan barang-barang dan pelayanan –pelayanannya yang dibutuhkan untuk
memenuhi standar kebutuhan yang layak. Ini merupakan kemiskinan absolut/mutlak
yakni tidak terpenuhinya standar kebutuhan pokok/dasar.
2. Dilihat dari segi pendapatan/
penhasilan income
Kemiskinan oleh gonlongan dilukiskan sebagai kurangya
pendapatan/penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
3. Dilihat dari segi kesempatan /
Opportunity
Kemiskinan adalah karena ketidaksamaan kesempatan
untuk mengakumulasikan (meraih) basis kekuasaan sosial meliputi :
a. Keterampilan
yang memadai.
b. Informasi/pengetahuan
– pengetahuan yang berguna bagi kemajuan hidup.
c. Jaringan-jaringan
sosial ( Social Network ).
d. Organisasi-organisasi
sosial dan politik.
e. Sumber-sumber
modal yang diperlukan bagi peningkatan pengembangan kehidupan.
4. Dilihat dari segi keadaan / kondisi
Kemiskinan
sebagai suatu kondisi / keadaan yang bisa dicirikan dengan :
a. Kelaparan/kekurangan
makan dan gizi.
b. Pakaian
dan perumahan yang tidak memadai.
c. Tingkat
pendidikan yang rendah.
d. Sangat
sedikitnya kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang pokok.
5. Dilihat dari segi penguasaan
terhadap sumber-sumber
Menurut golongan ini kemiskinan merupakan
keterlantaran yang disebabkan oleh penyebaran yang tidak merata dan
sumber-sumber ( Malldistribution of Resources), termasuk didalamnya pendapatan
/ income.
6. Kemiskinan menurut Drewnowski
Drewnowski ( Epi Supiadi:2003) mencoba menggunakan
indikator-indikator sosial untuk mengukur tingka-tingkat kehidupan ( The Level
of Living Index ). Menurutnya terdapat tiga tingkatan kebutuhan untuk
menentukan tingkat kehidupan seseorang :
a. Kehidupan fisik dasar (
Basic Fisical Needs ), yang meliputi gizi/nutrisi, perlindungan/perumahan (
Shelter/housing ) dan kesehatan.
b. Kebutuhan budaya dasar (
Basic Cultural Needs), yang meliputi pendidikan,penggunaan waktu luang dan
rekreasi dan jaminan sosial (Social Security).
c. High
income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau melebihi takarannya.
2.2 Definisi Ketimpangan/Kesenjangan Pendapatan
Ketimpangan
pendapatan yang terjadi di Indonesia sangat terlihat jelas, dari istilah yang
kayak semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini sangat berdampak
pada pendapatan tersebut tidak cukup hanya bicara mengenai subsidi modal
terhadap kelompok miskin maupun peningkatan pendidikan ( ketrampilan ) tenaga
kerja di Indonesia. Lebih penting dari itu, persoalan yang terjadinya
sesungguhnya adalah akibat kebijakan pembangunan ekonomi yang kurang tepat dan
bersifat struktural. Maksudnya kebijakan masa lalu yang begitu menyokong sektor
industri dengan mengorbankan sektor lainnya patut direvisi karena telah
mendorong munculnya ketimpangan sektoral yang berujung kepada kesenjangan
pendapatan. Dari perspektif ini, agenda mendesak bagi Indonesia adalah
memikirkan kembali secara serius model pembangunan ekonomi yang secara serentak
bisa memajukan semua sektor dengan melibatkan seluruh rakyat sebagai
partisipan. Sebagian besar ekonom meyakini bahwa strategi pembangunan itu
adalah modernisasi pertanian dengan melibatkan sektor industri sebagai unit
pengolahnya.
Ketimpangan
atau kesenjangan pendapatan adalah menggambarkan distribusi pendapatan
masyarakat di suatu daerah atau wilayah pada waktu tertentu. Kaitan kemiskinan
dengan ketimpangan pendapatan ada beberapa pola yaitu :
1)
Semua
anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin) tetapi ketimpangan
pendapatannya tinggi.
2)
Semua
anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin) tetapi ketimpangan
pendapatannya rendah ( ini yang paling baik).
3)
Semua
anggota masyarakat mempunyai income rendah ( semuanya miskin) tetapi
ketimpangan pendapatannya tinggi.
4)
Semua
anggota masyarakat mempunyai income yang rendah (semuanya miskin) tetapi
ketimpangan pendapatannya rendah.
5)
Tingkat
income masyarakat bervariasi
( sebagian miskin,sebagian tidak miskin)tetapi ketimpangan pendapatannya
tinggi.
6)
Tingkat
income masyarakat bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak miskin)tetapi
ketimpangan pendapatannya rendah.
2.3 Indikator – Indikator Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan
1)
Indikator – Indikator kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk
menelusuri secara detail indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator –
indikator kemiskinan sebagaimana dikutip dari Badan Pusat Statistik, antara
lain sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
dasar (sandang, pangan,
papan).
b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan
hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
c. Tidak adanya jaminan masa depan (karena
tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
d. Kerentangan terhadap goncangan yang
bersifat individual maupun massa.
e. Rendahnya kualitas sumber daya
manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
f. Kuranganya apresiasi dalam kegiatan
sosial masyarakat.
g. Tidak adanya akses dalam lapangan
kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena
cacat fisik maupun mental.
i.
Ketidakmampuan
dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan
rumah tangga, janda
miskin, kelompok
marginal dan terpencil).
2)
Indikator -
Indikator Kesenjangan Pendapatan
Adapun indikator – indikator kesenjangan pendapatan
antara lain sebagai beikut :
a. UMR yang ditentukan pemerintah
antara pegawai swasta dan pegawai Pemerintah yang berbeda.
b. PNS ( golongan atas ) lebih
sejahtera dibandingkan petani.
c. Pertanian kalah jauh dalam menyuplai
Produk Domestik Bruto ( PDB ) yang hanya sekitar 9.3 % di tahun 2011, padahal
Indonesia merupakan Negara agraris.
2.4 Faktor - Faktor Penyebab Kemiskinan
Di dalam suatu negara, pastilah
terdapat tantangan besar di dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu tantangan
tersebut adalah kemiskinan. Di Indonesia sendiri, terdapat begitu banyak
masyarakat yang terjerat dalam kemiskinan. Hal ini tentu saja tidak di inginkan
oleh masyarakat Indonesia. Semua akibat tentunya terdapat sebabnya. Seperti
kemiskinan ini, tidak terjadi begitu saja. Namun, hal ini terjadi mungkin
dikarenakan faktor-faktor dalam masyarakat itu sendiri. Kemiskinan sendiri
mempunyai arti suatu keadaan di mana seseorang itu kekurangan bahan-bahan
keperluan hidup. Dari pengertian tersebut, dapat kita analisis sebab atau
faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan tersebut antara lain :
a. Tingkat pendidikan masyarakat yang
rata-rata rendah.
b. Cara berpikir yang masih tradisional
dan konservatif.
c. Apatis dan anti hal-hal baru.
d. Mentalitas dan etos kerja yang
kurang baik.
e. Keadaan alam yang kurang mendukung
f. Keterisoliran secara geografis dari
pusat.
g. Tiadanya potensi atau produk
andalan.
h. Rendahnya kinerja dan budaya korup
aparatur pemerintah daerah.
Dan di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut
pendapat Karimah Kuraiyyim Yang antara lain adalah Merosotnya standar
perkembangan pendapatan perkapita secara global Yang penting digaris bawahi di
sini adalah bahwa standar pendapatan perkapita bergerak seimbang dengan
produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur
meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya,
seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun
beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar
perkembangan pendapatan per-kapita:
1) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
2) Politik ekonomi yang tidak sehat.
3) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
·
Rusaknya
syarat-syarat perdagangan
·
Beban hutang
·
Kurangnya
bantuan luar negeri, dan
·
Perang
4) Pembagian subsidi income pemerintah yang kurang
merata. Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan
jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan
sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh
pajak negara.
Kemisikinan
boleh berlaku atas kekurangan individu dan juga atas masalah sosio-ekonomi
dalam sebuah masyarakat. Sehubungan dengan itu, sebab kemisikinan dapat dilihat dari dua dimensi yaitu :
a. Dimensi individu
Kekurangan individu yang tertentu dapat mencetuskan
kemiskinan. Kelemahan individu ini biasanya kelemahan yang setara dan dapat
menyebabkan seseorang itu miskin, walaupun dia berada dalam suatu masyarakat
yang penuh dengan peluang rezeki. Kelemahan individu ini adalah seperti berikut:
Tabiat Berjudi
Tabiat berjudi adalah satu amalan
yang menyebabkan seseorang itu miskin. Mereka yang kecanduan untuk berjudi,
akan banyak kehilangan harta dalam aktivitas berjudinya dan mereka seringnya
hilang tumpuan dalam pekerjaan kerana kalah dalam perjudian.
Sakit Badan
Masalah Personaliti
Pada umumnya, personaliti bermasalah
yang menyebabkan kemisikinan ialah sikap malas. Sikap malas itu dicerminkan
dalam tingkah laku seperti suka berkhayal, suka beromong kosong, dan juga “elak
kerja”. Orang yang malas adalah kekurangan produktivitasnya dan mereka akan
hilang banyak peluang untuk mencari rezeki.
b. Dimensi
masyarakat
Dari dimensi ini, kemisikinan merupakan sesuatu yang
terhasil dari masalah sosio-ekonomi. Wujudnya didalam suatu masyarakat dan
bukan sesuatu yang diakibatkan oleh kelemahan individu itu sendiri. Sebab
kemisikinan yang berhubung dengan masalah masyarakat adalah seperti berikut:
Konflik
Konflik seperti peperangan, kerusuhan dan sebagainya akan menyebabkan kegiatan ekonomi terbunuh dan ia juga membinasakan infrastruktur yang penting untuk menjaga kekayaan. Semua ini akan menyebabkan kemisikinan yang berlarut-larut.
Konflik seperti peperangan, kerusuhan dan sebagainya akan menyebabkan kegiatan ekonomi terbunuh dan ia juga membinasakan infrastruktur yang penting untuk menjaga kekayaan. Semua ini akan menyebabkan kemisikinan yang berlarut-larut.
Ketidakadilan Sosial
Menurut teori Marxisme, dalam
masyarakat yang mengamalkan ekonomi pasaran bebas, kemisikinan adalah :
“Sesuatu
yang tidak dapat dielakkan. Dalam masyarakat ini, harta cenderung untuk
bertumpu kepada golongan yang terkaya, manakala orang yang miskin cenderung
menjadi lebih miskin. Ini adalah karena dalam pasar bebas, komoditi itu
dijualkan kepada mereka yang mampu menawarkan harga yang lebih tinggi. Prinsip
ini menyebabkan faktor pengeluargan seperti tanah, cenderung dimiliki oleh
golongan terkaya, kerana mereka mempunyai kekuasaan pembelian yang lebih
tinggi. Pemilikikan faktor pengeluaran ini akan menyebabkan orang terkaya ini
menjadi lebih kaya, dan mereka akan membeli lebih banyak faktor pengeluaran di
pasa bebas. Proses ini akan berterusan, sehingga golongan terkaya ini
memonopoli segala faktor pengeluaran, dan menyebabkan orang lain dalam
masyarakat miskin tidak memiliki faktor pengeluaran.”
Tetapi teori ekonomi marxisme sudah
dibuktikan oleh salah seorang ahli ekonomi. Semua negara yang telah mencoba
mengikuti teori Karl Marx gagal mengurangi kemiskinan. Kini hampir semua ahli
ekonomi dan ahli sejarah ekonomi menggunakan teori ekonomi bebas untuk
mengurangi kemiskinan.
Menurut Ginanjar (1996) ada 4 faktor penyebab
kemiskinan, faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Rendahnya taraf pendidikan
b) Rendahnya taraf kesehatan.
c) Terbatasnya lapangan kerja.
d) Kondisi keterisolasian.
Kemiskinan melekat pada diri penduduk miskin, mereka
miskin karena tidak memiliki aset produksi dan kemampuan untuk meningkatkan
produktivitas. Mereka tidak memiliki aset produksi karena mereka miskin,
akibatnya mereka terjerat dalam lingkungan kemiskinan tanpa ujung dan pangkal. Pendapat
Ginanjar (1996) bahwa kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a)
Sumber daya
alam yang rendah.
b)
Teknologi
dan unsur penduduknya yang rendah.
c)
Sumber daya
manusia yang rendah.
d)
Saran dan
prasarana termasuk kelembagaan yang belum baik.
Strategi
oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan adalah :
a) Jangka pendek yaitu membangun sektor
pertanian,usaha kecil dan ekonomi pedesaan.
b) Jangka menengah dan panjang mencakup
:
·
Pembangunan
dan penguatan sektor swasta,
·
Kerjasama
regional,
·
Manajemen
APBN dan administrasi,
·
Desentralisasi,
·
Pendidikan
dan kesehatan,
·
Penyediaan
air bersih dan pembangunan perkotaan, serta
·
Pembagian
tanah pertanian yang merata.
2.5 Dampak Kemiskinan dan Cara Mengatasinya
Kemiskinan
merupakan suatu fenomena yang sering ditemui, entah itu di negara maju atau pun
di negara berkembang seperti Indonesia. Banyaknya masalah kemiskinan di
Indonesia ini tentunya di sebabkan oleh beberapa faktor pemicu. Dari faktor
pemicu inilah akan tercipta suatu dampak kemiskinan. Dampak dari kemiskinan
terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks. Dampak-dampak tersebut
antara lain :
1)
Pengangguran
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran di Indonesia begitu banyak. Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat yang tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata. Ukuran daya saing inilah yang kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global.
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran di Indonesia begitu banyak. Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat yang tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata. Ukuran daya saing inilah yang kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global.
2)
Kekerasan
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir
ini merupakan efek dari pengangguran. Hal tersebut disebabkan karena seseorang
tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar. Ketika tak ada lagi
jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka
jalan pintas pun dapat dilakukannya. Misalnya, merampok, menodong, mencuri,
atau menipu. Dari sinilah sebuah kemiskinan dapat berdampak bagi kelangsungan
hidup masyakarat kebanyakan. Semakin tinggi masyarakat yang hidup dalam
kemiskinan, semakin membahayakan juga lingkungan tempat tinggal mereka. Karena
sebagai dampak kemiskinan, mereka akan berusaha mencari jalan pintas untuk
menjaga keberlangsungan hidup mereka.
3)
Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena
yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin
tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak
dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu
miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Akhirnya
kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus
sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu
akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di
era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
4)
Kesehatan
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat
mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta menerapkan
tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya sangat mahal. Sehingga, biayanya tak
terjangkau oleh kalangan miskin. Karena biaya yang mahal tersebut, berdampaklah
kepada masyarakat yang masuk dalam kategori miskin. Dampak yang ditimbulkan
inilah yang semakin memperparah kehidupan masyarakat miskin. Mereka kehilangan
hak untuk mendapat fasilitas kesehatan karena mereka tidak mempunyai dana untuk
membayar.
5)
Konflik sosial bernuansa SARA
Tanpa bersikap munafik, konflik SARA muncul akibat
ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi
bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. Semuanya ini adalah ekspresi
berontakan identitas diri setiap individu. Terlebih lagi fenomena bencana alam
yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya
jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan
semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan
maupun perkotaan. Kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan
perlu diatasi dengan melibatkan peran serta banyak pihak, termasuk kalangan
perguruan tinggi. Dari sekian banyak strategi mengentaskan kemiskinan,
pendekatan sosial enterpreneurship yang bertumpu pada semangat kewirausahaan
untuk tujuan-tujuan perubahan sosial, kini semakin banyak digunakan karena
dianggap mampu memberikan hasil yang optimal. Konsep atau pendekatan ini layak
diuji cobakan dalam lingkup perguruan tinggi karena gagasan dasarnya sebenarnya
sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya aspek pengabdian
masyarakat.
Kemiskian timbul karena ada sebagian masyarakat yang
belum ikut serta dalam pembangunan sehingga belum dapat menikmati hasil
pembangunan secara memadai. Keadaan ini disebabkan oleh keterbatasan dalam
kepemilikan dan penguasaan faktor produksi sehingga kemampuan masyarakat dalam
menghasilkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan belum merata dan belum
seimbang. Oleh karena itu upaya pengembangan kegiatan ekonomi kelompok
masyarakat berpendapatan rendah senantiasa ditempatkan sebagai prioritas utama.
Sejalan dengan itu, penyedia faktor produksi termasuk modal dan kemampuan
peningkatan kemampuan masyarakat menjadi landasan bagi berkembangnya kegiatan
ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah menjadikan kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya. Program umum pemerintah sendiri adalah program pembangunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.
Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah menjadikan kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya. Program umum pemerintah sendiri adalah program pembangunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.
Banyak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
dapat mengatasi berbagai macam masalah kemiskinan ini, antara lain adalah
sebagai berikut :
1)
Kebijaksanaan tidak langsung
Kebijaksanaan
tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan
setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan anatara lain
adalah suasana sosial politik yang tentram, ekonomi yang stabil, dan budaya yang berkembang.
2)
Kebijaksanaan langsung
Kebijaksanan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta
dan produktifitas sumber daya manusia, khususnya golongan masyarakat
berpendapatan rendah. Melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan
pendidikan, serta pengembangan kegiatan-kegiatan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan
masyarakat yang berpendapatan rendah. Pemenuhan kebutuhan dasar akan memberikan
peluang bagi penduduk miskin untuk melakukan kegiatan sosial ekonomi yang dapat
memberikan pendapatan yang memadai. Dalam hubungan ini, pengembangan kegiatan
sosial ekonomi rakyat diprioritaskan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi
penduduk miskin di desa-desa miskin berupa peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya dengan kegiatan
pelatih.
Selain dari
pihak pemerintah, dari pihak masyarakat yang bersangkutan pun juga dapat
mengatasi kemiskinan di negeri ini. Langkah-langkah tersebut adalah :
1) Usaha
Individu
Seseorang
boleh berusaha untuk menyelesaikan masalah kemiskinan yang dihadapinya oleh
dirinya. Pada lazimnya seseorang itu dapat mengatasi kemisikinan dirinya dengan cara penerusan pendidikan
hingga ke jenjang yang tinggi.
2) Penyedekahan
Penyedekahan merupakan satu cara yang baik untuk membantu golongan termiskin dalam masyarakat. Tetapi ia tidak dapat mengatasi masalah kemisikinan secara keseluruhan.
Penyedekahan merupakan satu cara yang baik untuk membantu golongan termiskin dalam masyarakat. Tetapi ia tidak dapat mengatasi masalah kemisikinan secara keseluruhan.
3)
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dengan cara
penambahan barang-barang dan perkhidmatan yang ditawarkan dalam pasaran di sebuah
negara. Pembangunan ekonomi merupakan cara yang paling berkesan untuk mengatasi
masalah kemiskinan. Tetapi ia harus disertai dengan pengagihan pendapatan yang
adil dalam masyarakat.
4)
Pembangunan Masyarakat
5)
Pasaran Bebas
Milton Friedman mencadangkan pasaran bebas untuk
pembangunan ekonomi dan mengatasi kemiskinan. Jika ada pembangunan ekonomi ada
pula pengurangan kemiskinan. Jika KDNK tumbuh dengan 1% kemiskinan akan
dikurangi dengan lebih kurang 1%.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemiskinan
memang tidak mungkin dihilangkan, namun bukan tidak mungkin untuk mengurangi
persentase kemiskinan. Negara yang ingin membangun perekonomiannya harus mampu
meningkatkan standar hidup penduduk negaranya, yang diukur dengan kenaikan
penghasilan riil per kapita.
Dapat di
simpulkan bahwa kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluative. Adapun kesimpulan dari faktor-faktor yang menjadi
penyebab kemiskinan tersebut antara lain :
a. Tingkat pendidikan masyarakat yang
rata-rata rendah.
b. Cara berpikir yang masih tradisional
dan konservatif.
c. Apatis dan anti hal-hal baru.
d. Mentalitas dan etos kerja yang
kurang baik.
e. Keadaan alam yang kurang mendukung
f. Keterisoliran secara geografis dari
pusat.
g. Tiadanya potensi atau produk
andalan.
h. Rendahnya kinerja dan budaya korup
aparatur pemerintah.
3.2 Saran
1. Untuk menekan besarnya angka
kemiskinan, sebaiknya pemerintah menyediakan lapangan kerja yang luas untuk para pengangguran.
2. Tingkatkan peran hukum di kalangan masyarakat untuk menghindari salah
satu masalah kemiskinan yaitu adanya kekerasan.
3. Melakukan tinjauan terhadap program-program
pemerintah dalam upaya mengurangi angka kemiskinan seperti pendidikan gratis 9
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasasmita, G. 1997. Kemiskinan.Balai Pustaka.Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar